
adalah kau yang mengerti kerinduanku"
namun, bagaimanakah aku pulang
aku telah menggulung kenangan akan ibu
dan rumah masa lalu
seperti menggulung geribik bekas menjemur padi tadi siang
di sore hari dalam kesenyapan
dan kekelaman gudang belakang
sebab sungguh pedih menatap tubuh ringkih
dan mata yang pernah mengobarkan dukalara
pohon pohoncengkih yang dibakar
(telah silam kuhirup harum cengkih
yang dipetik dan disiram keringat letih)
sebab nasib sekesat getah manggis muda
yang kutemukan pada tirus wajah bapa
(pipi hitamnya secekung daun kedongdong
pandangnya kehilangan keriangan daun-daun kastuba)
setelah sirna kebun dan lumpur sawahdan semangat kerja
menetesi setiap bulir gabah
adikku menapi hari-hari pilu
seolah memisah beras dari pasir dan batu
(aku gamang tak mengerti lagi arti pulang)
Puisi karya: Nenden Lilis A. 2007-2008
Tidak ada komentar:
Posting Komentar